Rabu, 31 Agustus 2016

Catatan Mencoba Menjadi Ayah ASI


Selamat menikmati hidup semuanya . . . . .
Artikel kali ini sangat erat hubungannya dengan kopi, yaitu susu . . . .  :mrgreen: susu apa yang akan kita bahas? Yang akan kita bahas adalah ASI, ijinkan saya sedikit berbagi melalui artikel ini rekan semuanya . . .
Silahkan.
Keberhasilan memberi ASI bagi bayi sangat didukung oleh berbagai faktor, antara lain faktor internal dari diri sang ibu. Tak dipungkiri banyak dari wanita enggan untuk menyusui bayinya karena adanya ketakutan akan mempengaruhi penampilannya. Ada pula faktor dari luar, biasanya ibu-ibu yang bekerja di luar rumah akan sedikit kesulitan untuk menyiapkan ASIP. Dorongan untuk memakai sufor dari pihak keluarga kadang juga menjadikan si ibu akhirnya menjadikan sufor sebagai solusi.
Kenapa saya menulis ini?

Ya karena saya dan istri telah mengalami betapa sulitnya hanya memberikan ASI eksklusif untuk bayi kami. Dari mulai ASI yang diperah hanya keluar sedikit, saran dari keluarga untuk memberikan sufor sebagai tambahan, masih sering tidak konsisten dalam menyediakan ASIP, hingga kadang sulitnya istri untuk makan sayur-sayuran.
Sebagai seorang ayah, saya menyadari bahwa saya juga berperan dalam keberhasilan istri saya memberikan ASI. Dan karena saya tidak mungkin berperan dalam memberikan bayi saya ASI seperti halnya astri saya,wkwkwk . . . maka hal pertama yang saya berikan pada istri saya adalah sebuah dukungan. Sejak awal kehamilan saya selalu mendukung dan menegaskan kepada istri untuk pemberian ASIX selama dua tahun. Hingga menjelang kelahiranpun saya tetap mendukung penuh untuk pemberian ASIX, meskipun sempat ada kekhawatiran dari istri kalau saja ASI nya tidak lancar atau bahkan tidak keluar. Keyakinan tercipta dari dukungan yang intens, tujuh jam setelah kelahiran bayi kami secara caesar istri saya melakuan IMD dan selang beberapa jam ASI pertamanya keluar. Dukungan memberikan keyakinan, keyakinan menciptakan harapan, harapan kita diijabah setelah kepasrahan dalam doa.
ASI memang keluar, akan tetapi untuk menyediakan ASIP untuk kebutuhan sehari-hari si Bayi bukanlah perkara mudah. Butuh kerja keras karena setiap dipompa ASI yang keluar hanya sedikit, anjuran untuk memberikan sufor tentu saja semakin gencar. Lagi-lagi dukungan adalah kuncinya, kali ini bukan hanya sebatas dukungan yang berupa motivasi tapi juga dukungan berupa aksi. Menyiapkan dalam keadaan bersih alat untuk memompa Asi adalah hal biasa yang saya lakukan, menyiapkan alat untuk menyimpan ASIP dan menyimpannya dalam frezzer juga adalah hal yang rutin saya lakuakan. Hal kecil memang, tapi sedikit banyak mungkin membantu istri saya untuk memberikan ASIX pada bayi kami.
Selama beberapa minggu ini istri saya memompa ASI tak jarang hanya mendapat 30 ml sekali menyedot dalam waktu hampir 45 menit. Hal tersebut semakin menguatkan anjuran untuk menambah dengan sufor oleh pihak keluarga. Saya tetap bersikukuh untuk tak menambahkan apapun selain memberi ASI dan istripun paham akan hal itu. Saya yakin semakin sering ASI dipompa, maka akan semakin banyak pula ASI yang dihasilkan dan sufor akan menghalangi istri saya untuk memompa ASI.
Perlu pula diingat bahwa ASIP tak mampu bertahan lama dalam dalam udara terbuka, ASI hanya mampu bertahan sekitar tiga jam di udara terbuka CMIIW ya . . . maka itu kita harus teliti ketika akan memberikan ASIP pada bayi kita. Keterbatasan waktu itu pula yang harus kita ingat dan terus mendukung pada istri agar memompa lebih sering. Dengan lebih sering memomp[a maka persediaan ASIP akan semakin banyak sehingga bayi kita tak perlu diberi sufor.
Mari kita sebagai seorang ayah mendukung istri kita untuk memberi ASIX pada bayi kita sampai usia dua tahun, salam .  . . . . “kami bukan ahli, hanya ingin berbagi . . .

Mampir Ngopi, Adhy Giri  . . . .





Tidak ada komentar: